Penulis: Telisa Aulia Falianty
Abstrak:
Krisis global telah menyebar ke seluruh dunia dan menimbulkan pesimisme
di berbagai belahan dunia. Krisis di Amerika Serikat dan Eropa telah
menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia secara rata-rata melambat.
Krisis global ini harus ditangani dengan menggunakan kebijakan publik yang
tepat. Makalah ini akan membahas desain kebijakan publik untuk
menangani krisis baik dari kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan
sektoral. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif
dilengkapi dengan metodologi kuantitatif di beberapa bagian. Analisis dari
kajian menunjukkan bahwa Indonesia harus mengambil serangkaian
kebijakan baik di kebijakan fiskal, moneter, maupun sektoral untuk
menangani dan memitigasi krisis.
Penulis: Rafika Sari, S.E., M.S.E.
Abstrak:
Kebijakan perizinan kepemilikan saham perbankan melalui PP Nomor 29
Tahun 1999 yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sejak krisis finansial
pada tahun 1997-1998 membuka kesempatan pihak asing untuk memiliki
saham perbankan hingga 99 persen proporsi saham industri bank. Hingga
saat ini, kebijakan tersebut masih terus berjalan dan menyebabkan semakin
meningkatnya kepemilikan saham perbankan oleh pihak asing. Hal ini
memberikan dampak positif dan dampak negatif terhadap pertumbuhan
industri perbankan Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perkembangan kepemilikan asing saham perbankan di
Indonesia, dan mengetahui pemberlakuan asas kesetaraan kepemilikan
saham perbankan terhadap pertumbuhan industri perbankan yang perlu diterapkan di Indonesia, dengan melakukan perbandingan atas kebijakan
pembatasan kepemilikan di negara lain.
Penulis: Niken Paramita Purwanto, S.E., M.Ak.
Abstrak:
Penanaman modal asing dan hutang luar negeri merupakan indikator
ekonomi yang sering menjadi pembicaraan akan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan
menganalisis bagaimana pengaruh hutang luar negeri dan penanaman
modal langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini
merupakan analisis terhadap data sekunder. Data yang digunakan adalah
data time series dari tahun 1981 sampai tahun 2010. Alat analisis yang
digunakan adalah regresi linear. Di mana pertumbuhan ekonomi
digunakan sebagai indikator Produk Domestik Bruto (PDB) riil sebagai
variabel dependen dan hutang luar negeri dan penanaman modal asing
sebagai variabel independen. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dengan
hutang luar negeri dan penanaman modal asing. Besarnya pengaruh
variabel tersebut sebesar 57,4 persen, sedangkan 42,6 persen lainnya
dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Secara lengkap variabel tersebut memiliki pengaruh signifikan dengan
probabilitas 5 persen. Untuk variabel hutang luar negeri diperoleh
probabilitas sebesar 0,003 dengan arah positif. Ini menunjukan bahwa
hutang luar negeri memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan probabilitas untuk penanaman modal
asing adalah 0,009 dengan arah positif. Ini menunjukan bahwa penanaman
modal asing memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Penulis: Lisnawati, S.Si., M.S.E.
Abstrak:
Hubungan antara sektor finansial dan pertumbuhan ekonomi telah diteliti
sejak awal abad ke-20 dan telah menjadi bahan perdebatan diantara para
ahli ekonomi. Pasar modal merupakan salah satu dari sektor finansial yang
berkembang sangat pesat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan
menganalisis bagaimana hubungan antara pasar modal dengan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data yang digunakan adalah data IHSG
dan pertumbuhan ekonomi kuartalan dari tahun 1999 sampai tahun 2011.
Teknik analisis yang digunakan adalah Vektor Autoregresi (VAR).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa Pasar modal mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara signifikan,variabel yang
mempengaruhi PDBt secara signifikan yaitu variabel IHSGt-3,PDBt-2,PDBt-3,
dan PDBt-4. Namun pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi
perkembangan pasar modal di Indonesia, Variabel yang mempengaruhi
IHSGt secara signifikan hanya variabel IHSGt-1.
Penulis: Sukarna Wiranta
Abstrak:
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pilar penting dalam
pemasukan pendapatan negara melalui kinerja atau kontrubusi keuangan
yang besar terhadap pembangunan nasional. Lagi pula, peningkatan
kontribusinya terhadap PDB dan modalnya harus ditingkatkan supaya
BUMN siap untuk meningkatkan pengeluarannya dalam upaya perbaikan
sarana dan prasarana BUMN tersebut. Di sini, PT. KAI (Kereta Api
Indonesia) sebagai BUMN dibidang transportasi perlu diprivatisasi dalam
upaya meningkatkan modalnya tersebut guna menutupi pengeluaranpengeluaran dalam biaya operasional serta perbaikan sarana dan
prasarananya melalui skema IPO (Initial Procedure Obligation) atau PSO
(Public Service Obligation). Makalah ini akan menginvestigasi kinerja PT.
KAI, terutama kinerja atau pengelolaan PT. KCJ melalui skema PSO.
Penulis: Debora Sanur Lindawaty, S.Sos., M.Si.
Abstrak:
Penulisan ini bertujuan untuk melihat beberapa akar permasalahan konflik
Ambon dan solusinya. Beberapa hal yang akan dibahas dalam penulisan ini
adalah tentang perjalanan konflik di Ambon hingga memunculkan konflik
September 2011 ini. Peran aparat dalam menjaga keamanan di daerah Ambon, dan solusi untuk mengatasi konflik Ambon pada masa yang akan datang. Metode analisa yang digunakan adalah metode kualitatif yang bercorak deskriptif analisis.
Penulis: Dewi Sendhikasari Dharmaningtias, S.IP., MPA
Abstrak:
Moratorium penerimaan pegawai baru (CPNS) telah ditetapkan pemerintah
dalam rangka penghematan anggaran dan pengelolaan sumber daya manusia
(SDM) aparatur. Kebijakan pengelolaan SDM aparatur dilaksanakan
berdasarkan arah kebijakan dalam Grand Design dan Road Map Reformasi
Birokrasi. Tulisan ini untuk menganalisis langkah-langkah dan implikasi
yang dilakukan pemerintah dalam menata ulang organisasi PNS dengan
mengeluarkan kebijakan moratorium tersebut. Dengan adanya kebijakan ini,
selain bertujuan untuk penghematan anggaran belanja pegawai, juga harus
dijadikan upaya penataan organisasi dan PNS dalam rangka optimalisasi
agenda reformasi birokrasi terutama bidang SDM aparatur di Indonesia.
Penulis: Prof. Lili Romli
Abstrak:
Pada era reformasi ini, partai politik menghadapi persoalan terkait dengan
pelembagaan partai. Umumnya, partai-partai politik menghadapi persoalan
pelembagaan partai yang belum kuat, yaitu masalah ideologi dan platform,
kohesivitas dan manajemen konflik, serta rekrutmen dan kederisasi. Selain
itu, sistem kepartaian yang ada ternyata belum kompatibel dengan sistem
pemerintahan presidensil sehingga pemerintahan tidak berjalan efektif.
Penulis: Monika Suhayati, S.H., M.H.
Abstrak:
Salah satu substansi baru dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah penempatan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam hierarki peraturan perundang-undangan. Ketetapan MPR ditempatkan dibawah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan diatas undang-undang. Penempatan Ketetapan MPR dalam hierarki peraturan perundang-undangan adalah tepat mengingat masih terdapat Ketetapan MPR yang masih berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat berdasarkan Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003. Ketetapan MPR juga merupakan aturan dasar negara atau aturan pokok negara (staatsgrundgesetz) sebagaimana halnya dengan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dikarenakan Ketetapan MPR menjadi landasan pembentukan undang-undang (formell gezetz) dan peraturan lain yang lebih rendah sebelum perubahan UUD Tahun 1945.
Penulis: Sulasi Rongiyati, S.H., M.H.
Abstrak:
Indonesia sebagai negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, seni, dan budaya memiliki berbagai pengetahuan tradisional yang memerlukan pengakuan dan pelindungan hukum yang mampu menjaga terpeliharanya kepemilikan pengetahuan tradisional tersebut sebagai karya bangsa yang diakui secara internasional. Regulasi di bidang HKI, khususnya UU Paten bertujuan memberikan perlindungan hukum atas suatu penemuan karya intelektual kepada penemunya dan memberikan keuntungan ekonomis atas hasil temuannya. Namun UU Paten yang mengadopsi HKI negara-negara maju dalam implementasinya belum mampu memberikan pengakuan dan perlindungan kepada pengetahuan tradisional secara optimal. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsep antara HKI yang eksklusif dan individual dengan pengetahuan tradisional yang memiliki karakteristik tradisional, komunal, dan terbuka. Minimnya pemahaman masyarakat terhadap HKI serta penguasaan teknologi yang belum memadai serta minimnya anggaran juga menjadi kendala untuk mematenkan pengetahuan tradisional.
Penulis: Luthvi Febryka Nola, S.H., M.Kn.
Abstrak:
Kewajiban serah simpa karya cetak dan karya rekam menurut UU No. 4/1990 melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu koordinasi antara para pihak menjadi penting. Penulisan ini akan difokuskan kepada koordinasi berdasarkan kewenangan Perpusda. Adapun tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui bentuk, faktor penghambat dan pengaturan koordinasi yang efektif antar Perpusda dengan para pihak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif dengan menggunakan studi perpustakaan sebagai teknik pengumpulan data. Dari penelitian dapat diketahui bentuk koordinasi antar Perpusda dengan para pihak dalam rangka serah simpan karya cetak dan karya rekam adalah intern dan ekstern. Koordinasi antara para pihak ini terhambat akibat minimnya sosialisasi, kurang optimal upaya penegakan hukum dan lemahnya subtansi UU No. 4/1990 serta peraturan pelaksananya. Oleh sebab itu, revisi terhadap UU No. 4/1990 perlu dilakukan, terutama terkait kejelasan subjek hukum dan batasan kewenangan antara para pihak.
Penulis: Denico Doly, S.H., M.Kn.
Abstrak:
UJJN telah mengatur mengenai kewenangan yang dapat dijalankan oleh seorang Notaris, akan tetapi dalam Pasal 15 ayat (2) huruf f UUJN disebutkan Notaris berwenang untuk membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan. Pasal 15 ayat (2) huruf f UUJN ini tidak berjalan dengan baik, bahkan pada saat ini banyak perbedaan pendapat antara Notaris dengan PPAT mengenai kewenangan Notaris membuat akta di bidang pertanahan. Permasalahan yang timbul adalah adanya dua pejabat yang berwenang dalam pembuatan akta pertanahan. Tulisan ini ingin melihat dasar hukum kewenangan notaris dalam pembuatan akta pertanahan dan apa yang menjadi kewenangan notaris dalam pembuatan akta pertanahan. Apabila melihat kembali pasal-pasal yang memberikan kewenangan kepada seorang Notaris, maka dapat dilihat, adanya kewenangan-kewenangan seorang Notaris yang dibatasi. Pembatasan ini diberikan kepada pejabat-pejabat lain yang dapat membuat akta otentik yang diamanatkan oleh undang-undang.
Penulis: Harris Yonatan Parmahan Sibuea, S.H., M.Kn.
Abstrak:
Penelitian ini menganalisis pentingnya pendaftaran tanah untuk pertama kali bagi pemilik tanah yang belum terdaftar dan Pemerintah (BPN) serta permasalahan yang terjadi saat ini terkait pendaftaran tanah untuk pertama kali bagi pemilik tanah yang belum terdaftar. Pendaftaran tanah untuk pertama kali sangat penting, karena bidang tanah yang sudah terdaftar akan mendapat sertifikat serta memiliki kepastian hukum. Sekarang ini, prosentase kepemilikan sertifikat bidang tanah dari pendaftaran tanah untuk pertama kali di Indonesia masih rendah. Padahal masyarakat dapat menggunakan sertifikat tanahnya sebagai pendukung untuk memperoleh uang yakni sebagai jaminan memperoleh kredit di lembaga perbankan serta untuk mengurangi ruang gerak para tengkulak, spekulator dan manifulator tanah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa arti penting pendaftaran tanah untuk pertama kali serta permasalahan apa yang terjadi saat ini terkait pendaftaran tanah untuk pertama kali. Permasalahan Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif dan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan, studi dokumen serta referensi yang telah dipublikasikan oleh penulisnya. Data sekunder disusun secara sistematik dan dianalisis secara kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendaftaran tanah sistematik yang memberikan kepastian hukum sangat diharapkan bagi pemilik bidang tanah yang belum terdaftar terutama bagi masyarakat berpenghasilan menengah kebawah.
Penulis: Anih Sri Suryani, S.Si., M.T.
Abstrak:
Konsep ecosettlement merupakan konsep tempat bermukim/bertempat tinggal yang ekologis yang dikembangkan dari konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep ini mengharmonisasikan tiga pilar yaitu sosial, ekonomi dan ekologi yang didukung oleh institusi yang mapan. Terkait dengan konsep eco-settlement, Undang-Undang Perkim telah mengakomodir beberapa parameter dalam konsep tersebut, namun beberapa hal seperti kriteria rumah sehat dan berwawasan lingkungan, proses pendidikan kepada masyarakat, partisipasi masyarakat dan penguatan kelembagaan perlu diatur dalam peraturan lain yang lebih rinci.
Penulis: Sulis Winurini, S.Psi., M.Psi.
Abstrak:
Penelitian ini mendalami permasalahan rehabilitasi yang dirasakan perokok berat, yang memiliki pengalaman relapse lebih kompleks dibanding tingkat perokok yang lain, dengan pendekatan kognisi, yaitu Health Belief Model (HBM). Untuk memahami permasalahan secara mendalam, metode kualitatif digunakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahwa kendati sudah menjalani masa rehabilitasi, perokok belum menyadari sepenuhnya bahaya merokok bagi dirinya.
Penulis: Dumilah Ayuningtyas
Abstrak:
Kebijakan dan politik di sektor kesehatan harus diarahkan untuk memastikan bahwa negara tidak hanya menjadi ajang para pihak yang berkepentingan serta berpotensi konflik baik sosial maupun politik. Peran negara sebagai regulator dan pembuat kebijakan harus disampaikan secara adil dan proporsional untuk menjamin kepentingan masyarakat di bidang kesehatan menjadi prioritas utama daripada orientasi keuntungan, termasuk peran dan keterlibatan sektor swasta dan elit penguasa lainnya.
Penulis: Elga Andina, S.Psi., M.Psi.
Abstrak:
Sistem digital pada dasarnya bebas kontrol, yang dapat mengarahkan pada berbagai sudut pandang, termasuk penyalahgunaan produk. Pemerintah tidak hanya bertugas melindungi hak cipta, namun disisi lain juga memberikan keluasan akses pengetahuan bagi masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah perlu merumuskan aturan sistem perbukuan secara hati-hati.
Penulis: Israr Iskandar
Abstrak:
Demokratisasi di Era Reformasi telah mempengaruhi “persepsi†masyarakat lokal terhadap kepemimpinan perempuan. Kemenangan perempuan sebagai Wali Nagari Batu Bahasa tidak hanya refleksi sikap egaliter masyarakat, tetapi juga memperlihatkan kompetensi sosok perempuan yang ada. Tentu saja faktor penentu lainnya adalah terkait dengan menurunnya popularitas lawan yang pada waktu itu masih menjabat.
Penulis: Dr. Achmad Muchaddam F., S.Ag., M.A.
Abstrak:
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 3 disebutkan bahwa: “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.â€
Penulis: Asep Ahmad Saefuloh
Abstrak:
Penulis melihat bahwa hampir setiap negara memiliki sisi penawaran yang selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun sehingga diperlukan kebijakan-kebijakan yang mampu mendorong produksi dengan tujuan menyerap angkatan kerja. Salah satu kebijakan ketenagakerjaan yang dianggap penting adalah legalisasi penerapan outsourcing. Penulis melihat bahwa praktek penerapan outsourcing menimbulkan banyak permasalahan, terutama masih terjadi praktek outsourcing pada usaha-usaha yang dapat dikategorikan core business-nya.
Penulis: Sukarna Wiranta
Abstrak:
penulis melihat kinerja BUMN seharusnya dinilai berdasarkan tiga tolok ukur yakni profitabilitas, likuiditas, dan sovabilitas. Atas dasar ini, diperoleh 4 kategori BUMN yaitu, sangat sehat, sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Jika kinerja BUMN tidak sehat dan tidak dapat diperbaiki, maka BUMN itu lebih baik diprivatisasi saja. Kebijakan ini bisa ditafsirkan, pertama, menekan pimpinan BUMN untuk memperbaiki kinerjanya dan kedua, peluang untuk melakukan privatisasi tanpa terikat dengan komitmen ideologis.
Penulis: Dewi Wuryandani, S.T., M.M.
Abstrak:
Peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memperbaiki dan mengawasi mutu baik untuk produk perikanan untuk ekspor dan pasar dalam negeri. Fokus dari penulis adalah pada potensi dan kendala apa saja yang dibutuhkan dalam pengelolaan sumber daya perikanan laut agar dapat mendukung ketahanan pangan di Indonesia yang berkelanjutan dan untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kualitas sumber daya ikan.
Penulis: Galuh Prila Dewi
Abstrak:
mengkaji persoalan budidaya tanaman merupakan salah satu kegiatan yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas produksi komoditas pertanian terkait dengan rencana perubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 yang mengatur tentang Sistem Budidaya Tanaman. Penulis berpandangan bahwa pelaksanaan budidaya tanaman yang efektif seharusnya menghasilkan produksi yang berdaya saing dan mampu meningkatkan peranan pemasukan sektor pertanian terhadap pendapatan negara.
Penulis: Dr. Rasbin, S.TP., M.S.E.
Abstrak:
Kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk bertahan hidup di tengah globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia sangat penting bagi Indonesia setidaknya untuk dua alasan. Pertama, UKM secara historis telah menjadi salah satu aktor ekonomi utama dalam perekonomian Indonesia, terhitung lebih dari 90 persen dari semua perusahaan di seluruh sektor dan menyediakan peluang kerja untuk lebih dari 90 persen dari total tenaga kerja negara. Kedua, rezim perdagangan Indonesia telah bergeser secara signifikan dari pasar yang sangat dilindungi ke sistem ekonomi yang lebih terbuka. Dengan berfokus pada UKM di Indonesia, makalah ini menganalisis bagaimana meningkatkan daya beli permintaan dari
negara lain, dan upaya pemerintah untuk infra-struktur yang lebih baik, standarisasi produk, dan tata kelola yang baik untuk UKM yang sangat penting untuk dilaksanakan. Pemerintah juga, terutama di tingkat kabupaten (misalnya provinsi atau kotamadya), memiliki peran terbaik untuk dimainkan, seperti dengan memberikan bantuan teknis, informasi, pinjaman lunak, serta memfasilitasi kerja sama antara UKM dan universitas lokal. , R & D institutes, dan asosiasi bisnis.
Penulis: Sulasi Rongiyati, S.H., M.H.
Abstrak:
Paradigma penganggaran berbasis kinerja mendorong pemerintah melakukan peningkatan pelayanan publik melalui upaya mewiraswastakan pemerintah dengan menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel yang menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas pada instansi pemerintah yang menyelenggarakan layanan publik melalui pembentukan Badan Layanan Umum. Implementasi perangkat perundang-undangan tentang BLU memiliki aspek yuridis, khususnya berkaitan dengan penerapan asas-asas keuangan negara yang dianut dalam undang-undang di bidang keuangan negara.
Penulis: Dian Cahyaningrum, S.H.. M.H.
Abstrak:
Hutan mangrove memiliki manfaat penting, oleh karenanya perlu dijaga kelestariannya. Dalam rangka menjaga kelestarian hutan mangrove, di desa Surodadi dibentuk Peraturan Desa No. 004/IX/GERHAN/2004 tentang Pelestarian Hutan Mangrove. Peraturan desa tersebut cukup efektif, ditaati dan dilaksanakan dengan baik oleh warga desa. Ada tiga faktor yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaan Peraturan Desa No. 004/IX/GERHAN/2004, yaitu faktor hukum (peraturan desanya), faktor aparat, dan faktor masyarakat. Faktor hukum, proses pembuatan Peraturan Desa partisipatif dan substansinya mendatangkan manfaat bagi warga desa. Faktor aparat, aparat menegakkan dan mensosialisasikan Peraturan Desa dengan baik; peraturan desa juga mendapat dukungan dan pengakuan dari pemda setempat. Faktor masyarakat, adanya kesadaran masyarakat bahwa Peraturan Desa dapat menjaga kelestarian hutan mangrove yang bermanfaat bagi warga desa.
Penulis: Monika Suhayati, S.H., M.H.
Abstrak:
BUMN adalah pelaku usaha dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi sebagaimana diamanatkan Pasal 33 ayat (2) UUD Tahun 1945. Peningkatan efisiensi dan produktifitas BUMN dilakukan salah satunya melalui privatisasi BUMN. Privatisasi BUMN melalui IPO merupakan mekanisme yang efektif dimana pemerintah memiliki peluang untuk mewujudkan demokrasi ekonomi melalui perluasan basis kepemilikan saham BUMN. Masuknya pemegang saham baru pada BUMN dapat mendorong peningkatan kinerja BUMN yang selanjutnya dapat memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat. Privatisasi Krakatau Steel dan Garuda Indonesia dilakukan dengan menggunakan mekanisme IPO. Dalam proses kedua IPO tersebut terdapat permasalahan yang akhirnya berpotensi merugikan negara dan masyarakat. Oleh karena itu penting untuk melakukan perubahan terhadap UU BUMN dengan mengatur lebih detil proses privatisasi secara demokratis dan transparan serta pengaturan lebih tegas mengenai kriteria Persero yang tidak dapat diprivatisasi sebagai pelaksanaan dari Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD Tahun 1945.
Penulis: Luthvi Febryka Nola, S.H., M.Kn.
Abstrak:
Tulisan ini membahas mengenai peluang penerapan konsep cyber notary dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Konsep cyber notary merupakan suatu konsep mengenai pelaksanaan kewenangan notaris berbasis teknologi informasi. Penulis berpandangan bahwa perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi serta dunia perdagangan dewasa ini membuat Indonesia perlu mengadopsi konsep ini. Penerapan konsep ini akan meningkatkan peranan notaris dalam rangka pembagunan ekonomi bangsa. Jadi penulis merekomendasikan agar konsep cyber notary perlu dipertimbangkan untuk digunakan dalam perubahan UU JN. Akan tetapi Indonesia tidak dapat sepenuhnya mengadopsi konsep ini karena berasal dari negara common law yang kewenangan dan sistem pembuktiannya berbeda dengan Indonesia. Disamping itu, prinsip perubahan peraturan yang efektif haruslah menjadi perhatian dalam proses perubahan UUJN karena banyaknya peraturan menyangkut kewenangan notaris.
Penulis: Denico Doly, S.H., M.Kn.
Abstrak:
Tanah merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting di Indonesia. Tanah merupakan tempat untuk berpijak bagi masyarakat. Selain itu juga dapat digunakan untuk membangun rumah, kantor, bercocok tanam, dan dapat digunakan sebagai jaminan dalam meminjam di bank. Tanah yang digunakan sebagai jaminan di bank biasanya menggunakan Hak Tanggungan. Di dalam Hak Tanggunan terdapat Roya yang merupakan penghapusan dari sebagian hutang yang telah dibebani Hak Tanggungan. Pelaksanaan Roya di dalam UUHT harus disebutkan di dalam APHT. Peraturan pelaksana dari UUHT adalah PMA. Didalam PMA, Roya tidak perlu disebutkan dalam APHT. Adanya perbedaan pengaturan membuat kreditur menjadi kesulitan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan peraturan khususnya mengenai aturan pelaksanaan Roya. PMA memberikan kemudahan bagi kreditur dalam pelaksanaan Roya, oleh karena itu, UUHT perlu dirubah, khususnya mengenai pelaksanaan Roya.
Penulis: Marfuatul Latifah, S.H.I., LL.M.
Abstrak:
Tulisan ini akan membahas mengenai upaya transformasi konsep jarimah qisash-diyat yang merupakan ancaman pidana bagi kejahatan terhadap tubuh dan nyawa dalam hukum islam, pada hukum positif di Indonesia melalui RUU KUHP. Dalam melakukan upaya transformasi konsep tersebut digunakan cara alternatif yaitu menggunakan teori objektifikasi yang mengupayakan agar konsep yang ada dalam hukum Islam khususnya jarimah qisash-diyat harus dapat dilaksanakan sebagai sesuatu yang natural bukan sebagai perbuatan keagamaan. Dalam proses transformasi ini, jarimah qisas yang dapat ditransformasikan adalah qisas terhadap pembunuhan sengaja (berencana), baik KUHP maupun RUU KUHP telah mengakomodasi konsep tersebut. Sedangkan dalam jarimah diyat, perlu dilakukan penambahan pidana ganti rugi yang berbeda jenisnya dengan denda. Pidana ganti rugi tersebut berdiri sendiri dan merupakan bagian dari pidana pokok. Besaran ganti rugi yang dijatuhkan, ditentukan oleh hakim melalui putusan pengadilan dan berdasarkan kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang telah dilakukan.
Penulis: Prianter Jaya Hairi, S.H., LLM.
Abstrak:
Prinsip Peradilan yang sederhana, cepat dan berbiaya ringan adalah salah satu prinsip dalam sistem hukum Indonesia. Namun meskipun berbagai peraturan hukum telah dibuat untuk mendukungnya, prinsip ini masih belum terimplementasi dengan baik. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jangka waktu yang telah ditentukan oleh Mahkamah Agung sering kali tidak bisa terealisasi, bahkan jika suatu kasus mencapai Mahkamah Agung, bisa dipastikan bahwa waktu penyelesaian perkara akan memakan waktu yang lama. Tumpukan perkara di Mahkamah Agung merupakan salah satu faktor mengapa penyelesaian perkara begitu lambat. Maka dari itu, perlu diselesaikan terlebih dahulu masalah penumpukan perkara. dan pembatasan perkara ialah suatu konsep yang banyak dibicarakan untuk mengurangi tumpukan perkara tersebut. Penelitian ini juga menemukan bahwa perkara-perkara yang perlu dibatasi, antara lain: 1)Perkara perdata (perkara gugatan kecil); 2)Perkara pidana (perkara pidana ringan seperti perkara dengan ancaman hukuman 1 atau 3 tahun penjara dan termasuk juga denda); 3)Hukum perkawinan (perkara perceraian), dan 4)Perkara Hubungan Industrial. Dengan aturan pembatasan perkara, maka banyak perkara akan selesai di tingkat banding. Dengan situasi ini, waktu untuk penyelesaian perkara menjadi lebih pendek, dan biaya berperkara otomatis menjadi lebih murah. Jika semua ini bisa diterapkan, maka prinsip peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan diharapkan akan terealisasi.
Penulis: Aryojati Ardipandanto, S.IP., M.Sos
Abstrak:
Dalam menghadapi Pemilu Legislatif 2009, PDIP menjalankan metode
kaderisasi yang menekankan pada aspek ideologis Partai, namun ternyata
hal ini tidak didukung oleh pemberian muatan atau materi kaderisasi yang
memperhatikan peningkatan kualitas dan kapabilitas individu Kader PDIP
itu sendiri, terutama dalam hal kepemimpinan, kedisiplinan, militansi, dan
loyalitas. Hal ini juga mengindikasikan masih adanya perbedaan pandangan
mengenai muatan-muatan yang perlu diberikan dalam setiap program
kaderisasi Partai di antara para pengambil keputusan tertinggi PDIP.
Penulis: Lisbet, S.Ip., M.Si.
Abstrak:
Hubungan bilateral Indonesia dan Amerika Serikat telah terbina sejak
Indonesia merdeka. Akan tetapi, hubungan bilateral tersebut tidak selalu
terjalin erat. Hubungan ini bahkan memburuk pada waktu Kongres Amerika
Serikat menetapkan embargo kepada Indonesia terkait dengan kerusuhan
yang terjadi di Timor Timur. Pasca Perjanjian Kemitraan Komprehensif pada
tahun 2010 diharapkan hubungan kedua negara akan semakin baik dan
saling menguntungkan. Kedua belah pihak menyepakati Perjanjian Kemitraan
Komprehensif dengan tujuan meningkatkan hubungan terutama pada bidang
perdagangan dan keamanan karena kedua pihak memiliki ketergantungan
pada kedua bidang tersebut. Oleh karena itu, tulisan ini hendak menganalisa
mengenai pentingnya Indonesia bagi Amerika Serikat dan keuntungan apa
yang diperoleh Indonesia pasca Perjanjian Kemitraan Komprehensif.
Penulis: Rahmi Yuningsih, S.K.M., M.K.M.
Abstrak:
Bebagai permasalahan ketidakhalalan produk makanan yang merugikan konsumen dalam persfektif Islam dan kesehatan dicoba dicari solusi penyelesaiannya. Peran pemerintah, produsen, maupun konsumen itu sendiri diuraikan agar konsumen terutama konsumen muslim dapat menerapkan hak-haknya dalam pengkonsumsian produk pangan halal.
Penulis: Teddy Prasetiawan, S.T., M.T.
Abstrak:
Mengingat vitalnya peran lahan gambut sebagai penyokong ekosistem dan penyimpan karbon, perlu dilakukan perlindungan yang terencana terhadap keberadaan ekosistem ini. Tidak tersediannya basis data sebaran lahan gambut merupakan salah satu kendala dalam menentukan lahan gambut sebagai kawasan yang dilindungi oleh undang-undang. Dengan demikian, permasalahan mendasar dan penting untuk segera dilakukan pembenahan dalam pengelolaan lahan gambut di Indonesia adalah sistem informasi sebaran lahan gambut itu sendiri.
Penulis: Sulis Winurini, S.Psi., M.Psi.
Abstrak:
Melakukan kajian melalui pengukuran tingkat QWL PNS Sekretariat Jenderal DPR RI. Pengukuran ini bisa menjadi masukan bagi Sekretariat Jenderal DPR RI berkenaan dengan kesejahteraan PNS sekaligus guna meningkatkan kinerja PNS. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai Sekretariat Jenderal DPR RI memiliki tingkat QWL bertaraf rendah. Program tambahan adalah dimensi yang paling berkontribusi terhadap tingginya tingkat QWL pegawai di Sekretariat Jenderal DPR RI dan sebaliknya, lingkungan kerja adalah dimensi yang perlu dikembangkan lagi untuk meningkatkan QWL pegawai.
Penulis: Dr. Ari Mulianta Ginting, S.E., M.S.E.
Abstrak:
Dalam analisis regresi metode time series pada tahun 1990 hingga 2008, penelitian ini mencoba untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pendukung lain dari variabelâ€variabel, yakni, pengeluaran pemerintah dan jumlah pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menemukan hasil yang cukup menarik. Berdasarkan hasil estimasi tahun lalu menemukan bahwa hubungan positif yang signifikan antara PDB dan angka kemiskinan di Indonesia terdapat hubungan negatif dan signifikan antara pengeluaran pemerintah (GE) dengan tingkat kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu, pengeluaran pemerintah (GE) harus ditingkatkan karena terkait dengan pengurangan tingkat kemiskinan di Indonesia.
Penulis: Dr. Ariesy Tri Mauleny, S.Si., M.E.
Abstrak:
Studi ini menunjukkan bahwa pada dasarnya negara memiliki kesanggupan dalam mengalokasikan dua puluh persen untuk pendidikan dilihat dari tren penerimaan negara yang terus meningkat, hanya saja peningkatan penerimaan tersebut selalu dibarengi dengan peningkatan belanja negara sehingga menimbulkan kebijakan anggaran defisit. Oleh karena itu DPR bersama pemerintah perlu komitmen untuk memprioritaskan anggaran tersebut setiap tahun melalui perencanaan anggaran, pengawasan dalam penggunaan anggaran maupun pertanggungjawaban anggaran pendidikan tersebut dalam memenuhi hak publik atas pendidikan.
Penulis: T. Ade Surya, S.T., M.M.
Abstrak:
Terhambatnya pembangunan sektor infrastruktur selama ini disebabkan keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah. Dana yang dibutuhkan untuk membangun sektor ini cukup besar sedangkan pemerintah juga harus mengalokasikan dana tersebut untuk kepentingan pembangunan dibidangâ€bidang lainnya. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah harus merangkul pihakâ€pihak lain yang mempunyai kepentingan dalam pembangunan infrastruktur. Skema kemitraan publikswasta yang telah dikembangkan oleh pemerintah selama ini harus dilaksanakan secara lebih serius, mengingat skema ini merupakan salah satu jalan keluar bagi pemerintah untuk mengatasi keterbatasan anggaran
Penulis: Dewi Restu Mangeswuri, S.E., M.Si.
Abstrak:
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pasar moderen berkembang sangat pesat sementara pasar tradisional tetap pada kondisi yang sama dan cenderung tidak ada perbaikan. Yang dibutuhkan pasar tradisional saat ini adalah peraturan pemerintah yang tegas dan jelas agar dapat mendorong pasar tradisional agar dapat perkembang sejalan dengan perkembangan pasar moderen dalam kebersamaan, saling melengkapi, saling menguatkan dan juga saling menguntungkan.
Penulis: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat.
Abstrak:
Kementerian pertanian telah mencanangkan Rancangan Rencana Strategis (Renstra) tahun 2010â€2014 dengan menargetkan tercapainya swasembada pangan. Salah satu target swasembada tersebut ditujukan pada upaya peningkatan target swasembada daging sapi mencapai produksi 550 ribu ton pada tahun 2014. Upaya ini dilakukan dalam rangka memenuhi permintaan daging sapi yang terus meningkat dan menyaingi ketersediaan daging sapi. Namun demikian, upaya pencapaian target swasembada daging sapi perlu didukung oleh peningkatan jumlah ternak. Tulisan ini membahas lebih jauh tentang kebijakan untuk mencapai swasembada daging sapi.
Penulis: Sony Hendra Permana, S.E., M.S.E.
Abstrak:
Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan permintaan karet dunia dan luas areal tanam yang dimiliki, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara penghasil karet terbesar di dunia. Meskipun Indonesia memiliki areal kebun karet terbesar di dunia, mutu dan produktivitas karet Indonesia masih berada di bawah kedua negara produsen utama lainnya. Dalam analisis menggunakan metode perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA), Acceleration Ratio (AR), dan Trade Specialization Index (TSI) ditemukan bahwa karet Indonesia yang memiliki daya saing dan spesialisasi ekspor hanyalah merupakan karet alam yang masih mentah (kode HS 4001 dan 4003), sementara produk barangâ€barang dari karet lainnya belum memiliki daya saing.
Penulis: Marfuatul Latifah, S.H.I., LL.M.
Abstrak:
In 2009, Indonesia is a country with the highest level of corruption in Southeast Asia. It shows that eradication of corruption in Indonesia is less effective. Proof upside down, is expected to be one solution to increase the eradication of corruption. Evidence has been poured upside down in the Act No.31 of 1999. However, until now has not be applied as a system of evidence in solving criminal cases of corruption. This paper discusses the obstacles in the implementation of proof reversed in the completion of corruption.
Obstacles in the implementation of evidence found on the reverse inequality formulation of proof upside down in Act No. 31 of 1999. Proof inversely regulated without being accompanied by formal law regulating the implementation mechanism of proof is reversed. The importance of these mechanisms is that the arrangement of proof reversed a lex specialist of the Penal Code. In addition, law enforcement officials, not knowing the substance and how the application of proof upside down so that it also inhibits the implementation of proof reversed in the completion of corruption.
Penulis: Harris Yonatan Parmahan Sibuea, S.H., M.Kn.
Abstrak:
The State control of the land does not mean that the State owns the land, but rather the State regulate land use through the development of which is directed to achieve prosperity for all citizens. Land acqusition for development is one way to increase prosperity for the people, but the available land is extremely limited. Government policies as legal foundation to acquire the land has not been effective and no longer appropriate to solve the problem for the implementation of land acquisition for development. These problems include the concept of public interest and the basic for calculating compensation in land acquisition process for development. The concept of public interest must clearly type that devoted to the interests of the people and the market value of land should be the basic for calculating damages in the process of land acquisition for development. It is time our country has a higher legal foundation for regulating the provision of land for development to improve people's welfare. The author recommends that these issues be taken into consideration in the process of the Draft Law on Land Acquisition for Development Interest
Penulis: Monika Suhayati, S.H., M.H.
Abstrak:
The intelligence body is the foremost line in national security system by conducting early detection and early warning system in preventing and overcoming any threat to national security. The confidential character of the intelligence body equipped with special authority has made possible it becomes a subject of human right violation. However, the acknowledgement and protection of the human right have been regulated in our constitution and the human right law number 39 year 1999. This essay attempts to examine the complexion problems between the implementation of intelligence function to ensure the national security and the necessity of human right’s protection. In solving the problem, it is important to have the national intelligence law. The law must regulate the consideration of human right’s protection in the implementation of intelligence task and authority; in its profesional etic code and sworn; penalty sanction given in the event any violation; and the multilayered oversight to intelligence bodies.
Penulis: Luthvi Febryka Nola, S.H., M.Kn.
Abstrak:
Cooperatives as a form of business entities need capital to run its business. This paper discussed about the issues and the legal aspect of capital, which was related in the act of cooperation No. 25/1992. The results of this study showed that the unclear about rules on reserve funds and the ineffectiveness of rules on bond. In addition there were problem related to the usage of the term “saving”, the distribution of reserve funds, the existence of grants and the lack of private sector role in order to promote the cooperatives effort. So, I recommended that the act of cooperatives should regulate clearly about the reserve fund. Also the abolishing rules regarding grants because it was in conflict with the principle of self-reliance in cooperative. Beside that, the involvement of private sector was highly needed to optimize the cooperatives through loans and equity capital.
Penulis: Shanti Dwi Kartika, S.H., M.Kn.
Abstrak:
The Constitutional Court verdict Number 11-14-21-126-136/PUU-VII/ 2009, dated March 31st, 2010, related to judicial review of Law Number 9 in 2009 on Educational Legal Entity, granted the request of the applicant for the most part. One of the ruling of the Constitutional Court stated that Law Number 9 of 2009 on Educational Legal Entity contrary to the State Constitution of the Indonesia Republic 1945 and has no binding legal force. The Constitutional Court verdict brings implications on education in Indonesia. This essay analyzes the juridical implications of The Constitutional Court Verdict Number 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009. Juridical implications of the verdict related to the existence of a legal vacuum (rechtvacuum) and the implementation levels of education. The juridical implications influence legislation governing the management and implementation of education, especially the education unit of governance. Therefore, it is necessary immediately to establish a law as a substitute for The Law of Educational Legal Entity and do a redesign for the conductor of the educational unit.
Penulis: Denico Doly, S.H., M.Kn.
Abstrak:
Road infrastructure is one that must be constructed in Indonesia. Road construction requires huge capital. Government in order to build roads, make a joint venture with infrastructure financing institution. Financing institutions is one important institution in Indonesia. Financial institution regulated in Presidential Regulation No. 9 of 2009 on Financing Institutions. Juridical arrangements regarding financing institutions have been inadequate. This is because the arrangement of financing institutions are regulated in the presidential and ministerial decrees. The importance of these financial institutions need a clear arrangement and can also be a "legal foundation" in the regulation of financial institutions. This paper will analyze the legal aspects of infrastructure financing in Indonesia.
Penulis: Trias Palupi Kurnianingrum, S.H., M.H.
Abstrak:
The economic globalization has influenced natural resources legislation. It happens because the basic values of neo economic-liberalism has slipped into the current of globalization, which causing the natural resources legislation can be cancelled by the constitutional court because is not incompatible with the spirit nationalism of our nation. This is what truly happended in Indonesia if an economic constitutional policy is controlled by the constitution of 1945, so the impact is our constitutional wont allow the market mechanism walking freely without a state interference. To overcome this situation, the constitution must collaborate with market mechanism.
Penulis: Prianter Jaya Hairi, S.H., LLM.
Abstrak:
The robbery cases which being occurred in Indonesia currently are not just usual type such as house robbery with sharp weapon, but armed robbery with bank as target, jewelry stores, vehicle dealers, and pawnshop. There are many kind of robberies, each typology has a different approch how to overcome it. Therefore, to find a strategy which more responsif and accurate, demand a good comprehension concerning the typology of robbery. The purpose of this study is to find out about typology of robbery in Indonesia. This is a library research, which means more more deeply analyze secondary data collected. The data which being search is about general typologies of robbery as well as news and information concerning robbery cases that taken place in Indonesia. Based on the result of the research which had been done, researcher concluding that: First, Typologi Based on the Occasion, namely robbery based on the target and robbery based on the tactics of the execution all things occurred in Indonesia. Second, Typologi Based on the Offender, namely four general typologi of robbery (professional robbers, opportunist robbers, addict robbers, and alcoholic robbers), all types of the robbers are exist in Indonesia. From the investigation concerning robbery cases in Indonesia, researcher discover another classifications which is not exist in general typologies of robbery, namely: recidivist robbers type, amateur robbers type, aggravated robbers type, and impostor robbers type.